“Aku
Belum Berjilbab, Karena…”
1. “Hatiku
masih belum mantap untuk berjilbab. Jika hatiku sudah mantap, aku akan segera
berjilbab. Lagipula aku masih melaksanakan shalat, puasa dan semua perintah
wajib kok..”
Wahai
saudariku… Sadarkah engkau,
siapa yang memerintahmu untuk mengenakan jilbab? Dia-lah Allah, Rabb alam
semesta. Engkau telah melakukan berbagai perintah Allah yang berpangkal dari
iman dan ketaatan, tetapi mengapa engkau beriman kepada sebagian ketetapan-Nya
dan ingkar terhadap sebagian yang lain, padahal engkau mengetahui bahwa sumber
dari semua perintah itu adalah satu, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala?
“Aku
Belum Berjilbab, Karena…”
2. “Iman kan letaknya di hati. Dan yang tahu hati seseorang hanya aku
dan Allah.”
Duhai
saudariku…Tahukah engkau bahwa
sahnya iman seseorang itu terwujud
dengan tiga hal, yakni meyakini
sepenuhnya dengan hati, menyebutnya dengan lisan, dan melakukannya dengan
perbuatan?
“Aku
Belum Berjilbab, Karena…”
3. “Aku kan masih muda…”
Saudariku
tercinta… Engkau berkata bahwa
usiamu masih belia sehingga menahanmu dari mengenakan jilbab, dapatkah engkau
menjamin bahwa esok masih untuk dirimu?
Belumkah
sampai padamu firman Allah ‘Azza wa Jalla yang artinya,
“Kamu
tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, jika kamu sesungguhnya
mengetahui.” (Qs.
Al-Mu’minuun: 114)
“Pada
hari mereka melihat adzab yang diancam kepada mereka, (mereka merasa)
seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah)
waktu pelajaran yang cukup.” (Qs.
Al-Ahqaaf: 35)
Ketahuilah saudariku,
kematian itu datangnya lebih cepat dari detak jantungmu yang berikutnya. Jadi
cepatlah, jangan sampai terlambat…
“Aku
Belum Berjilbab, Karena…”
4. “Pakai jilbab itu ribet dan mengganggu pekerjaan. Bisa-bisa nanti
aku dipecat dari pekerjaan.”
Tahukah
engkau saudariku, siapa yang memberimu rizki? Bukankah Allah -Rabb yang
memerintahkan para malaikat untuk membagikan rizki kepada setiap hamba tanpa
ada yang dikurangi barang sedikitpun ? Mengapa engkau lebih mengkhawatirkan
atasanmu yang juga rizkinya bergantung kepada kemurahan Allah?
… Pikirkanlah hal ini baik-baik!
“Aku
Belum Berjilbab, Karena…”
5. “Jilbab itu bikin gerah, dan aku tidak kuat kepanasan.”
Saudariku… Panas mentari yang engkau rasakan di
dalam dunia ini tidak sebanding dengan panasnya Neraka yang akan kau terima
kelak, jika engkau masih belum mau untuk berjilbab. Sungguh, dia tidak
sebanding. Apakah engkau belum mendengar firman Allah yang berbunyi,
“Katakanlah:
‘(Api) Neraka Jahannam itu lebih sangat panas. Jika mereka mengetahui.'” (Qs. At-Taubah: 81)
Dan
sabda Nabi kita shallallahu
‘alaihi wa sallam yang artinya,
“Sesungguhnya
api Neraka Jahannam itu dilebihkan panasnya (dari panas api di bumi sebesar)
enam puluh sembilan kali lipat (bagian).” [Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2843) dan Ahmad (no. 8132).
Lihat juga Shahih
Al-Jaami' (no. 6742), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu]
Manakah
yang lebih sanggup engkau bersabar darinya, panasnya matahari di bumi ataukah
panasnya Neraka di akhirat nanti? Tentu engkau bisa menimbangnya sendiri…
“Aku
Belum Berjilbab, Karena…”
6. “Jilbab bikin rambutku jadi rontok…”
Sepertinya
engkau belum mengetahui fakta terbaru mengenai ‘canggih’nya jilbab. Dr.
Muhammad Nidaa berkata dalam Al-Hijaab wa Ta’tsiruuha ‘Ala Shihhah wa Salamatus
Sya’ri tentang pengaruh jilbab terhadap kesehatan dan keselamatan rambut,
“Jilbab
dapat melindungi rambut. Penelitian dan percobaan telah membuktikan bahwa
perubahan cuaca dan cahaya matahari langsung akan menyebabkan hilangnya
kecantikan rambut dan pudarnya warna rambut. Sehingga rambut menjadi kasar dan
berwarna kusam. Sebagaimana juga udara luar (oksigen) dan hawa tidaklah
berperan dalam pertumbuhan rambut. Karena bagian rambut yang terlihat di atas
kepala yang dikenal dengan sebutan batang rambut tidak lain adalah sel-sel kornea (yang tidak memiliki
kehidupan). Ia akan terus memanjang berbagi sama rata dengan rambut yang ada di
dalam kulit. Bagian yang aktif inilah yang menyebabkan rambut bertambah panjang
dengan ukuran sekian millimeter setiap hari. Ia mendapatkan suplai makanan dari
sel-sel darah dalam kulit.
Dari
sana dapat kita katakan bahwa kesehatan rambut bergantung pada kesehatan tubuh
secara umum. Bahwa apa saja yang mempengaruhi kesehatan tubuh, berupa sakit
atau kekurangan gizi akan menyebabkan lemahnya rambut. Dan dalam kondisi
mengenakan jilbab, rambut harus dicuci dengan sabun atau shampo dua atau tiga
kali dalam sepekan, menurut kadar lemak pada kulit kepala. Maksudnya apabila
kulit kepala berminyak, maka hendaklah mencuci rambut tiga kali dalam sepekan.
Jika tidak maka cukup mencucinya dua kali dalam sepekan. Jangan sampai kurang
dari kadar ini dalam kondisi apapun. Karena sesudah tiga hari, minyak pada
kulit kepala akan berubah menjadi asam dan hal itu akan menyebabkan patahnya
batang rambut, dan rambut pun akan rontok.” (Terj. Banaatunaa wal Hijab hal. 66-67)
“Aku
Belum Berjilbab, Karena…”
7. “Jilbab itu pilihan. Yang penting akhlaknya saja benar.”
Jilbab
adalah salah satu bentuk perwujudan akhlak mulia. Jika tidak, maka Allah tidak
akan memerintahkan kita untuk berjilbab, karena dia tidak termasuk ke dalam
akhlak mulia.
Pikirkanlah
olehmu baik-baik, adakah Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berakhlak buruk?
Atau adakah Allah mengadakan suatu ketentuan yang tidak termasuk dalam kebaikan
dan mengandung manfaat yang sangat besar? Jika engkau menjawab tidak ada, maka
dengan demikian engkau telah membantah pendapatmu sendiri dan engkau telah
setuju bahwa jilbab termasuk ke dalam sekian banyak akhlak mulia yang harus
kita koleksi satu persatu. Bukankah demikian?
Ketahuilah
olehmu, keputusanmu untuk tidak mengenakan jilbab akan membuat Rabb-mu menjadi
cemburu, sebagaimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang
artinya,
“Sesungguhnya
Allah itu cemburu dan seorang Mukmin juga cemburu. Adapun cemburunya Allah
disebabkan oleh seorang hamba yang mengerjakan perkara yang diharamkan
oleh-Nya.” [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 4925) dan Muslim (no. 2761)]
“Aku
Belum Berjilbab, Karena…”
8. “Sepertinya Allah belum memberiku hidayah untuk segera berjilbab.”
Saudariku…
Ketahuilah
bahwa hidayah itu terbagi menjadi dua, yaitu hidayatul bayan dan hidayatut taufiq. Hidayatul bayan adalah bimbingan atau
petunjuk kepada kebenaran, dan di dalamnya terdapat campur tangan manusia.
Adapunhidayatut taufiq adalah
sepenuhnya hak Allah. Dia merupakan peneguhan, penjagaan, dan pertolongan yang
diberikan Allah kepada hati seseorang agar tetap dalam kebenaran. Dan hidayah
ini akan datang setelah hidayatul
bayan dilakukan.
Janganlah
engkau jual kebahagiaanmu yang abadi dalam Surga kelak dengan dunia yang fana
ini. Buanglah jauh-jauh perasaan was-wasmu itu. Tempuhlah usaha itu dengan
berjilbab, sementara hatimu terus berdo’a kepada-Nya, “Allahummahdini wa saddidni. Allahumma tsabit qolbi ‘ala dinik (Yaa Allah, berilah aku petunjuk dan luruskanlah diriku. Yaa
Allah, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Penulis: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu Muhammad
Murojaah: Ust. Aris Munandar hafidzahullah
***
For Download :
Sumber : Artikel Muslimah
Deisgn by : LDK ASSALAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar