Assalamu’alaykum Wr. Wb Ikhwahfillah atau temen-temen semua? Gimana kabarnya? Pie kabare? Kumaha damang? Hehe semoga sehat dan sukses ya kuliahnya Aamiin.
Hari Rabu tepatnya tanggal 4 Mei 2016 Lembaga Dakwah Kampus (LDK) As-Salam bersama DKM mengadakan acara Isra’ Mi’raj di Perpustakaan As-Salam, dan di Mesjid As-Salam Universitas Trilogi untuk seluruh civitas akademika (Para dosen, staf, dan mahasiswa lainnya) Universitas Trilogi, dengan pembicara sesi pertama oleh Ustadz Kalamullah, sesi kedua dan ketiga sharing oleh Ketua UKM As-Salam (Hermawan Sulistio) . Adapun materi yang disampaikan mengenai tentang Hikmah Perjalanan Agung dengan Isra’ Mi’raj.
Tidak semua Nabi diberikan Allah SWT mu’jizat yang menakjubkan; melawan hukum alam yang dapat dilihat langsung oleh ummatnya dengan mata telanjang. Ada Nabi Musa AS dengan tongkatnya bisa membelah lautan, atau Nabi Isa AS yang bisa menghidupkan orang mati, dan lain-lain. Namun, ada juga Nabi yang tidak banyak dikaruniakan mu’jizat yang mencengangkan. Di antaranya adalah Nabi Muhammad SAW yang justru mu’jizat utamanya adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an menakjubkan, tapi tidak dengan cara yang sama dengan mu’jizat Nabi Musa atau Isa. Selain Al-Qur’an, mu’jizat Nabi yang lain adalah berupa diperjalanankannya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina, hingga kemudian diperjalankan ke Sidratul Muntaha. Tentunya ini diluar nalar orang pada waktu itu. Namun, itulah yang namanya mu’jizat.
Berawal dari Permintaan Kaum Quraisy kepada Nabi SAW
Sebenarnya, sebelum peristiwa itu terjadi, orang-orang kafir Quraisy pernah meminta kepada Rasulullah SAW untuk menunjukkan hal-hal yang aneh, karena mereka tidak percaya kalau Muhammad SAW itu adalah nabi. Permintaan-permintaan itu mereka lontarkan untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar seorang Nabi. Hal ini direkam oleh Allah dalam Al Qur'an sebagai berikut:
“Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca”. (QS. Bani Israil : 90 - 93)
#Selembar Madani, Memetik Hikmah Perjalanan Agung Isra Mi’raj
Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sebenarnya sangat mempesona, tapi kekafiran membutakan mata hati mereka dan mereka mengajukan permintaan yang bisa dilihat mata telanjang. Rasulullah SAW sendiri menjawabnya dengan bijaksana, “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?” (QS. Bani Israil: 93). Allah Yang Maha Suci tentu Maha Kuasa untuk melakukan semua itu, tetapi Rasulullah SAW mengatakan bahwa dirinya hanyalah seorang manusia biasa yang diangkat menjadi seorang Rasul, sehingga tidak mungkin melakukan semua itu.
Isra’ Mi'raj sebagai Hiburan untuk Nabi
Di tahun ke-10 Kenabian, Rasulullah mengalami keadaan duka cita yang sangat mendalam karena beliau ditinggal oleh istrinya tercinta, Khadijah dan juga ditinggal oleh pamannya sendiri, Abu Thalib. Keduanya adalah sosok pendukung dakwah Nabi yang luar biasa. Dalam keadaan yang duka cita lalu Allah “menghibur” Nabi dengan memperjalankan beliau, sampai kepada langit dan menerima perintah sholat secara langsung dari Allah. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Isra’ Mi'raj.
Dalam Al Qur'an, dari 6.236 ayat, hanya ada 4 ayat yang menjelaskan tentang Isra’ Mi'raj, yaitu QS. Bani Israil ayat 1, dan QS. An Najm ayat 13, 14 dan 15.
Mengapa Masjidil Aqsa?
Mungkin ada yang bertanya, mengapa dalam peristiwa itu Rasul diperjalankan ke Masjidil Aqsa? Kenapa tidak langsung saja ke langit? Paling tidak ada beberapa hal hikmahnya, antara lain:
1. Bahwa Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya Nabi dari golongan Ibrahim AS yang berasal dari Ismail AS, sedangkan Nabi lainnya adalah berasal dari Ishaq AS. Inilah yang menyebabkan Yahudi dan Kristen menolak Nabi Muhammad SAW, karena mereka melihat asal usul keturunannya (nasab). Alasan mereka itu sangat tidak ilmiah, dan kalau memang benar, mereka berarti rasialis, karena melihat orang itu dari keturunannya. Hikmah lainnya adalah, bahwa Nabi Muhammad berdak'wah di Makkah, sedangkan Nabi yang lain berdakwah di sekitar Palestina. Kalau dibiarkan saja, orang lain akan menuduh Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang tidak ada hubungannya dengan “golongan” Ibrahim dan merupakan sempalan.
2. Hikmah berikutnya adalah, Allah SWT dengan segala ilmu-Nya mengetahui bahwa Masjidil Aqsa adalah akan menjadi sumber sengketa sepanjang zaman setelah itu. Mungkin Allah ingin menjadikan tempat ini sebagai “pembangkit” ruhul jihad kaum muslimin.
Memahami Isra’ Mi’raj
Dalam memahami peristiwa Isra’ dan mi’raj, para ahli akal dan logika harus berpikir dengan logika keimanan dimana meyakini buat Allah SWT tak ada yang mustahil, bahkan otak mereka saja adalah ciptaan Allah. Keimanan kita sebagai Muslim benar-benar dituntut terhadap kebenaran peristiwa ini, karena memang peristiwa tersebut sangat berat untuk diterima oleh akal. Hanya melalui keimanan yang teguh maka peristiwa ini bisa diterima. Karena Isra’ Mi’raj adalah satu perjalanan Ilahiyah (perjalanan yang didasari pada kemauan dan kehendak Allah SWT) dalam sejarah peradaban manusia yang menjadi mukjizat dan lambang kebesaran dan kemuliaan Rasulullah SAW dan hal serupa tidak akan pernah terjadi lagi setelah Rasullah SAW.
Logika keimanan inilah yang dicontohkan oleh Abu Bakar as-Shiddiq. Abu Bakar tetap memiliki keutuhan keyakinan meskipun peristiwa tersebut terjadi diluar batas logika manusia.
Redaksi ayat Allah pada QS. al-Israa ayat 1, Allah SWT telah mengawali dengan kalimat ‘Subhaana’ (bahasa arab) artinya “Maha Suci (Allah)”. Sebenarnya masih banyak kata pujian yang bisa digunakan, namun kalimat ‘Subhaana’ ini telah menunjukkan bahwa Dzat yang akan menjalankan hamba-Nya di waktu malam tersebut adalah ‘Dzat yang Maha Suci’. Maka ‘Perjalanan Suci’ atau perjalanan Ilahiyah ini akan diberikan kepada jiwa yang suci pula. Beliaulah baginda Rasulullah SAW.
Seterusnya ayat tersebut dilanjutkan dengan kalimat ‘Asraa’ (bahasa Arab) yang artinya ‘men-jalan-kan’. Kata ‘men-jalan-kan’ membuktikan bahwa dalam peristiwa tersebut ada yang sifatnya ‘aktif’ dan ada yang bersifat ‘pasif’. Dalam peristiwa ini Allah SWT bersifat aktif, sedangkan Rasulullah SAW bersifat pasif. Karena Allah SWT bersifat aktif, maka apapun yang diinginkan dan dikehendaki oleh Allah SWT termasuk dalam perkara ‘men-jalan-kan’ hamba-Nya (Muhammad SAW) secara ruh dan jasad, itu semua bisa saja terjadi atas izin-Nya, dan kita tidak perlu lagi untuk mengingkarinya. Sedangkan Rasulullah SAW sendiri yang sifatnya pasif tidak pernah berencana untuk melakukan Isra’ dan Mi’raj tersebut. Allah SWT yang punya kehendak. Kalau Allah SWT yang punya kehendak, maka tidak ada yang mustahil di sisi-Nya.
Penutup
Setiap tahun, kebanyakan ummat Islam di Indonesia memperingati peristiwa agung ini dengan berbagai macam aktivitas. Akan tetapi adalah sia-sia jika kita umat Islam mengadakan peringatan Isra’ dan Mi'raj setiap tahunnya, jika kemudian tidak mampu mengambil hikmah dari kisah ini. Adalah sia-sia jika memperingati tapi melalaikan keagungan Allah SWT. Adalah sia-sia jika pesan sholat yang Nabi Muhammad SAW terima secara langsung dalam peristiwa agung tersebut, tidak lakukan dengan berkualitas, khusyu’ dan tuma’ninah.
Yuk kita sama-sama menyelami dalamnya lautan hikmah dari setiap mukjizat Allah kepada para Nabi-Nya. Semoga kita kembali kepada kebenaran yang merupakan perilaku orang-orang yang kembali kepada Allah, segeralah terus bermuhasabah diri, meningkatkan amal-amal kebaikan yang tiada henti, dan bertaubat kepadaNya.
Wallahu’alam bishawab. Wassalamu’alaykum. Wr. Wb.
Allahu akbar !
Oleh : Marie Indah Alfinnur
Departemen Syiar Biro Al-Qolam LDK As-Salam
As-Salam 27 #SpreadingKindnessWithDakwah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar