Minggu, 14 Agustus 2016

Syawal : Tidak Mengurai Lagi Pintalan Benang yang Sudah Kuat


 


Alhamdulillah, Innalillah, sudah sampai kita pada hari terakhir dalam Ramadhan penuh berkah ini. Antara gembira dan sedih, gembira karena sebentar lagi menemui kemenangan di ujung Ramadhan dan sedih karena sahabat yang menemani ibadah akan pergi meninggalkan kita.
Dan entah mengapa ada yang bilang, “Tak terasa ya, udah mau lebaran aja.” Padahal Ramadhan ini sungguh sangat terasa. Lapar dahaga dan tentunya sudah banyak rangkaian ibadah
Ramadhan yang kita jalani. Sahur, buka puasa, tilawah, kajian, tarawih, hingga bertahan itikaf sampai akhir ini. Semoga apa yang kita usahakan selama ini mencukupi untuk dapat mengagungkan nama Allah. Allah berfirman,
...Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(Q.S. Al Baqarah:185)
Ayat di atas menjelaskan bahwa kita harus tetap bertahan hingga sempurna pada akhir Ramadhan dan dapat menggapai kemenangan, bertakbir, mengagungkan nama-Nya. Namun, sebenarnya hakikat kemenangan itu tidak hanya sekedar mencukupkan bilangan Ramadhan hingga akhir. Kita harus kembali ke tujuan Allah menghadirkan Ramadhan untuk kita dan mewajibkan kita berpuasa di dalamnya. Tujuan yang semuanya sudah sering sekali mendengar, Taqwa. Kemudian mari kita lihat terminologi apa yang Allah pilih dalam akhir surat Al Baqarah ayat 183. Allah memilih diksi تَتَّقُونَ yang posisinya adalah sebagai filul mudhori.

Dalam Bahasa Arab, fi’lul mudhori’ adalah kata kerja kontinyu, dengan kata lain
sedang melakukan pekerjaan dan belum selesai mengerjakan pekerjaan tersebut. Maka, taqwa yang harusnya menjadi tujuan dari shoum ini adalah selepas Ramadhan berakhir, kita masih berjalan dengan pekerjaan taqwa kita pada Ramadhan, sedang melaksanakan taqwa kita, dan belum akan selesai dengan ketaqwaan kita.

Bulan Ramadhan ini adalah bulan tarbiyah, bulan pendidikan, bagi diri seorang mukmin. Kita disibukkan dengan ibadah-ibadah vertikal maupun horizontal dalam Ramadhan ini. Jangan sampai kita sudah kerja keras pada bulan ini, setelah bulan ini semua hilang begitu saja. Allah memberi perumpamaan dalam firman-Nya pada Surat An Nahl ayat 92,
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai…” (QS. An Nahl : 92)

Ayat di atas sebenarnya berkaitan dengan janji yang sudah berjanji dengan yakin kemudian membatalkannya. Namun, kisah yang dijadikan perumpaaan ini dapat menjadi analogi dalam perjuangan mengejar taqwa pada bulan mulia ini. Ayat tersebut mengkisahkan seorang nenek yang sedang merajut pakaian menggunakan benang. Hari per hari ia rajut sampai akhirnya pakaian tersebut selesai dengan rajutan yang sangat baik dan kuat. Kemudian pintalan benang yang telah menjadi pakaian itu diurai hingga berantakan semua. Sama halnya amalan kita di bulan Ramadhan, sudah kita usahakan semaksimal mungkin, tetapi ketika berakhir Ramadhan, berakhir pula amalan kita. Lelah, Sia-sia.

Syawal bulan awalan setelah bulan Ramadhan. Jika kita lihat arti dari syawal sendiri, syawal berarti peningkatan. Bulan syawal menjadi momen awal peningkatan ketaqwaan kita. Jika pada awal-awal tahun masehi orang-orang banyak membuat ‘resolusi tahun x’, mari kita juga buat ‘Resolusi Syawal’. Mungkin ini dapat menjadi terobosan peningkatan taqwa kita setelah Ramadhan usai. Resolusi Syawal bisa dilakukan dengan tetap menjaga amalan-amalan Ramadhan seperti tilawah dan qiyaamul lail. Dan sungguh sebenarnya bulan Syawal telah menyediakan fasilitas Resolusi Syawal yaitu puasa Syawal.

Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
Banyak amalan atau rencana lain yang dapat kita jadikan Resolusi Syawal versi kita. Mari Kita menuju taqwa sebenarnya salah satunya melalui Resolusi Syawal dengan “Tidak Mengurai Lagi Pintalan Benang yang Sudah Kuat.

Taqabalallahu Minna wa Minkum Shiyamana wa Shiyamakum wa Ahalahullah Alaik. (Semoga amalanku dan amalanmu, puasaku dan puasamu diterimaNya serta disempurnakanNya).
Jadikan Ramadan ini sebagai bulan bagi kita untuk senantiasa memperbaiki diri dan mencapai kemenangan yang hakiki. Semoga kita dibelebar panjang an barokah sehingga dapat dipertemukan lagi di bulan suci Ramadan tahun depan. Aamiin yaa robbal ‘alamin :)
Minal aidin walfaidzin. As’alukal afwan minal dzahiran wal bhinah, mohon maaf lahir dan batin.
Wallaahu a’lam bishshawab. Wabillahi taufik wa hidayah. Wassalamuaa’laykum. Wr. Wb .

Sumber : Puasa Syawal

Bantuan teks Quran : http://quran.com/

Oleh : Marie Indah Alfinnur

Departemen Syiar Biro Al-Qolam LDK As-Salam
As-Salam 27 #KreatorPeradaban #SpreadingKindnessWithDakwah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hijab Bagi Muslimah

Oleh: Nurfitriyani Barokah Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kehi...