Alhamdulillah, Innalillah, sudah sampai kita pada hari terakhir
dalam Ramadhan penuh berkah ini.
Antara gembira dan sedih, gembira karena sebentar lagi menemui kemenangan di
ujung
Ramadhan dan sedih
karena sahabat yang menemani ibadah akan pergi meninggalkan kita.
Dan entah mengapa ada yang bilang, “Tak terasa ya, udah mau
lebaran aja.” Padahal Ramadhan ini
sungguh sangat terasa. Lapar dahaga dan tentunya sudah banyak rangkaian ibadah
Ramadhan yang kita jalani. Sahur, buka puasa, tilawah, kajian,
tarawih, hingga bertahan itikaf sampai
akhir ini. Semoga apa yang kita usahakan selama ini mencukupi untuk dapat mengagungkan nama Allah. Allah berfirman,
…
“...Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al Baqarah:185)
Ayat di atas menjelaskan bahwa kita harus tetap bertahan hingga
sempurna pada akhir Ramadhan dan
dapat menggapai kemenangan, bertakbir, mengagungkan nama-Nya. Namun, sebenarnya hakikat kemenangan itu tidak hanya
sekedar mencukupkan bilangan Ramadhan hingga akhir. Kita harus kembali ke tujuan Allah menghadirkan
Ramadhan untuk kita dan mewajibkan
kita berpuasa di dalamnya. Tujuan yang semuanya sudah sering sekali mendengar, Taqwa. Kemudian mari kita lihat terminologi apa
yang Allah pilih dalam akhir surat Al Baqarah ayat 183. Allah memilih diksi تَتَّقُونَ yang
posisinya adalah sebagai fi’lul mudhori’.
Dalam Bahasa Arab, fi’lul mudhori’ adalah kata kerja kontinyu, dengan kata lain
sedang melakukan pekerjaan dan belum selesai mengerjakan pekerjaan
tersebut. Maka, taqwa yang harusnya menjadi tujuan dari shoum ini adalah selepas Ramadhan berakhir, kita masih berjalan
dengan pekerjaan taqwa kita pada Ramadhan, sedang melaksanakan taqwa kita, dan
belum akan selesai dengan ketaqwaan kita.
Bulan Ramadhan ini adalah bulan tarbiyah, bulan pendidikan, bagi
diri seorang mukmin. Kita disibukkan dengan ibadah-ibadah vertikal maupun
horizontal dalam Ramadhan ini. Jangan sampai kita sudah kerja keras pada bulan
ini, setelah bulan ini semua hilang begitu saja. Allah memberi perumpamaan
dalam firman-Nya pada Surat An Nahl ayat 92,
…
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan
yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai…” (QS. An Nahl : 92)
Ayat di atas sebenarnya berkaitan dengan janji yang sudah berjanji
dengan yakin kemudian membatalkannya. Namun, kisah yang dijadikan perumpaaan
ini dapat menjadi analogi dalam perjuangan mengejar taqwa pada bulan mulia ini.
Ayat tersebut mengkisahkan seorang nenek yang sedang merajut pakaian menggunakan
benang. Hari per hari ia rajut sampai akhirnya pakaian tersebut selesai dengan
rajutan yang sangat baik dan kuat. Kemudian pintalan benang yang telah menjadi
pakaian itu diurai hingga berantakan semua. Sama halnya amalan kita di bulan
Ramadhan, sudah kita usahakan semaksimal mungkin, tetapi ketika berakhir
Ramadhan, berakhir pula amalan kita. Lelah, Sia-sia.
Syawal bulan awalan setelah bulan Ramadhan. Jika
kita lihat arti dari syawal sendiri, syawal berarti peningkatan. Bulan syawal
menjadi momen awal peningkatan ketaqwaan kita. Jika pada awal-awal tahun masehi
orang-orang banyak membuat ‘resolusi tahun x’, mari kita juga buat ‘Resolusi Syawal’. Mungkin ini dapat
menjadi terobosan peningkatan taqwa kita setelah Ramadhan usai. Resolusi Syawal bisa dilakukan dengan
tetap menjaga amalan-amalan Ramadhan seperti tilawah dan qiyaamul lail. Dan
sungguh sebenarnya bulan Syawal telah menyediakan fasilitas Resolusi Syawal yaitu puasa Syawal.
Barang siapa yang
berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
Banyak amalan atau rencana lain yang dapat kita jadikan Resolusi Syawal versi kita. Mari Kita
menuju taqwa sebenarnya salah satunya melalui Resolusi Syawal dengan “Tidak
Mengurai Lagi Pintalan Benang yang Sudah Kuat.”
Taqabalallahu Minna wa Minkum Shiyamana wa
Shiyamakum wa Ahalahullah Alaik. (Semoga amalanku dan amalanmu, puasaku dan
puasamu diterimaNya serta disempurnakanNya).
Jadikan Ramadan ini sebagai bulan bagi
kita untuk senantiasa memperbaiki diri dan mencapai kemenangan yang hakiki.
Semoga kita dibelebar panjang an barokah sehingga dapat dipertemukan lagi di
bulan suci Ramadan tahun depan. Aamiin yaa robbal ‘alamin :)
Minal aidin walfaidzin. As’alukal afwan
minal dzahiran wal bhinah, mohon maaf lahir dan batin.
Wallaahu a’lam bishshawab. Wabillahi taufik wa hidayah.
Wassalamuaa’laykum. Wr. Wb .
Sumber : Puasa Syawal
Bantuan teks
Quran : http://quran.com/
Oleh : Marie Indah Alfinnur
Departemen Syiar Biro Al-Qolam LDK As-Salam
As-Salam 27 #KreatorPeradaban #SpreadingKindnessWithDakwah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar