Gambar Ilustrasi
antara Ibu dan Anaknya
Oleh : Marie Indah Alfinnur
Biro Al-Qolam
Departemen Humas Dakwah Kreatif (HDK)
LDK As-Salam
As-Salam 28
AL-Fatih Generation
#JemputHidayahdenganDakwah
Assalamu’alaykum. Warrahmaullahi
Wabarakatuh. Bagi anak, orang tua terdekat yang seharusnya dijadikan sandaran
untuk mendapatkan kasih sayang. Terlebih seorang ibu. Allah menjadikan seorang
wanita mulia dengan kedudukannya sebagai seorang ibu. Seorang ibu adalah
manusia yang kerap kali menjadi tujuan kita bertumpu. Di saat sedih, di saat
semangat, atau bahkan di saat butuh bantuan, ibu selalu ada untuk kita.
Seorang ibu, laksana malaikat
yang dikirim Allah SWT kepada setiap anak. Melimpahkan kasih sayangnya,
memberikan perlindungannya, dan melakukan segala pengorbanan demi kebahagiaan
anak-anaknya. Tak terukur perjuangan seorang ibu di kala hamil, rasa sakit
dahsyat yang dirasakan ketika melahirkan, serta kelelahan demi kelelahan yang
dilakukannya demi memberikan yang terbaik untuk kita.
Maka wajarlah keika Rasulullah
SAW menyebutkan nama ibu hingga tiga kali sebelum menyebut nama ayah saat
ditanya siapa yang patut kita perlakukan dengan baik. Karena Allah SWt
memberikan karunia kasih sayang padanya, telah memberikan segenap rasa itu pada
anak-anaknya.
Dari sahabat Abu Hurairah
radiyallhu ‘anhu beliau berkata, “ Datang seorang pria laki-laki kepada
Rasulullah kemudian dia bertanya, “Wahai Rasulullah, ssiapakah yang paling
berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau bersabda, “Ibumu”, Orang
tersebut bertanya lagi, “Kemudian siapa?”. Beliau bersabda, “Ibumu”. Orang
tersebut bertanya lagi, “Kemudian siapa?”. Beliau bersabda, “Ibumu”. Orang
tersebut bertanya lagi, “Kemudian siapa?”. Beliau bersabda, “Bapakmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketika kita sakit, ibulah yang
bangun sepanjang malam untuk memperhatikan kondisi anaknya, sementara sebagian
bessar ayah bisa tertidur lelap di kala itu. Ibu bahkan ketika kita berniat
membalas jasanya dengan emas segunung pun, tak akan mampu mengganti semua yang
telah ia lakukan pada kita.
Bahkan sekeras apapun perjuangan
usaha kita untuk ‘menyaingi’ semua yang dilakukan ibu kepada kita, semua itu
tak akan menandingi sedikit pun yang dilakukan ibu pada anak-anaknya.
Suatu hari, Ibnu Umar melihat
seseorang yang sedang menggendong ibunya sambil thawaf mengelilingi Kabah.
Orang tersebut lantas berkata kepadanya, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapatmu
apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?”
Ibnu Umar menjawab, “Belum,
meskipun sekadar satu erangan ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi engkau
sudah berbuat baik. Allah akan memberikan balasan yang kepadamu terhadap
sedikit amal yang engkau lakukan.” (Kitab al-Kabair karya adz-Dzahabi).
Ibu, melaluinya kita bisa
merasakan betapa besar kasih sayang Allah yang dimiliki bagi setiap hambaNya.
Sungguh, sebesar apapun kasih sayang seorang ibu pada anaknya, pada dasarnya
semua itu tak mampu melebihi kasih sayang Allah pada hambaNya.
Namun, apakah yang sudah kita
lakukan untuknya? Ketika kita kecil, pelukan ibu adalah tempat paling nyaman
dan menengkan di dunia, ketika kita beranjak remaja tak sedikit dsri kita yang
merasa malu dengan keberadaannya, bahkan ketika dewasa dan berumah tangga,
banyak juga yang merasa terganggu dengan keberadaannya dalam rumah tangga kita.
Bahkan setelah lelah dan segala
pengorbanan yang ibu lakukan pada kita, kita malah membalasnya dengan anak
kurang ajar, menjadikan ibu-ibu kita sebagai pengasuh bagi anak-anak kita,
melimpahkan kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai seorang ibu, lagi-lagi
kepadanya.
Bahkan di masa senjanya, seorang
ibu tak mengharapkan materi apapun dari anak-anaknya. Seorang ibu hanya
mengharap anak-anaknya akan bahagia. Hanya itu. Sunguh tulus.
Seandainya, para wanita tahu
betapa mulianya kedudukan seorang ibu, betapa indahnya surga yang dijanjikanNya
bagi para ibu mulia. Sungguh, seandainya mereka mengetahuinya, maka dunia akan
dipenuhi oleh para ibu penghuni surga.
Yukk kita perbaiki diri kita
entah dari sikap, perbuatan, perkataan yang tidak menyenangkan kepada orang tua
terutama pada ibu kita jangan pernah berhenti atau bosen untuk berbuat kebaikan
sekecil apapun (sebesar biji dzarah). Waallhu’alam bishawab. Wassalamua’alaykum
Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Masya Allah :') menampar sekali :')
BalasHapus