Oleh: Wa Jana dan Marie Indah Alfinnur (Majeli Syuro---Sekretaris
Biro Al-Qolam LDK As-Salam)
Biro Al-Qolam
Departemen As-Salam Charity
LDK As-Salam
As-Salam 28
Al-Fatih Generation
#JemputHidayahdenganDakwah
Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarokatuh J
Bulan Dzulhijjah tidak
bisa dilepaskan dengan kisah kekasih Allah swt, yaitu Nabi Ibrahim AS. Semasa
hidupnya, sang Nabi mempunyai banyak harapan yang beliau tu--angkan dalam
berbagai lantunan doa. Ada empat harapan Nabi Ibrahim yang termuat dalam
doanya. Dan harapannya, menjadi hrapan kita semua yang harus diperjuangkan.
Pertama, harapan untuk dirinya. Nabi Ibrahim sangat berharap dirinya bebas dari
kemusyrikan (menyekutukan Allah). “Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah)
negeri yang aman, jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah
berhala-berhala.” (QS Ibrahim: 35).
Sayyid Quthb dalam tafsirnya berujar, “Doa ini menampakkan
adanya kenikmatan lain dari nikmat-nikmat Allah. Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai kegelapan
dan kejahiliyahan syirik kepada cahaya beriman, bertauhid kepada Allah SWT.”
Demikian pentingnya iman dalam diri kita sehingga menjadi suatu prinsip (al-dhowabith)
bagi seorang Muslim.
Harapan Untuk Keluarga
Kedua, harapan untuk keluarga. Mulai dari orang tuanya, “Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar,
‘Pantaskah kamu menjadi berhala-berhala sebagai Tuhan-Tuhan? Sesungguhnya aku
melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-An’am: 74).
Hingga anak keturunannya, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku
(seorang anak) yang termasuk orang-orang yng shalih. Maka Kami beri dia kabar
gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka taktala anak itu sampai(pada
umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
apa pendapatmu!’ Ia menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Shaffat: 100-102).
Nabi Ibrahim AS sangat
berharap keluarganya, terutama ayahnya, meninggalkan perkara menyekutukan Allah
SWT. Meskipun pada akhirnya hidayah Allah yang menentukan.
Ketiga, harapan untuk masyarakat, baik saat itu maupun hingga nanti. Bahkan,
Nabi Ibrahim meminta kepada Allah agar suatu saat nanti, diutus seorang rasul
sekalipun ia telah tiada.
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk meeka seorang Rasul dari
kalangan mereka, yang akan membaca kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka al-Kitab (Al-Quran), dan al-Hikmah serta menyucikan
mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah:129).
Untuk Bangsa
dan Negara
Keempat, harapan untuk bangsa dan Negara. Kecintaan Nabi Ibrahim kepada umatnya
semakin terlihat saat belia pun berdoa bukan hanya untuk dirinya, keluarganya,
maupun masyarakat sekitar, tetapi bangsa dan negaranya beliau doakan.
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa,
dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di
antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”
Allah berfirman, “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri
kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126).
Demikian harapan sang
Nabi, semakin ia mendekat dan mencintai Allah, bahkan menjadi kekasih Allah,
beliau semakin banyak berdoa, berharap semuanya semakin membaik. Mulai dari diri sendiri, keluarga terdekat,
masyarakat sekitar hingga bangsa dan Negara. Wallahu’alam bishawab.
Wassalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar