Sabtu, 28 Mei 2016

Ramadhan Dimensi yang Mempertemukan


Curahan ayat-ayat Allah yang bagaikan hujan bagi hati kami
Menghasilkan harapanakan tumbuhnya cinta yang akan terus tumbuh dan merekah
Namun akankah cinta itu sampai dan berbalas?

Nisfu Sya’ban semakin mengingatkan kami
Bahwa hanya dengan kuasaNya lah kami dapat menjumpaimu
Bahwa hanya dengan kuasaNya lah kami dapat membersamaimu
Bahwa hanya dengan kuasaNya lah kami dapat mengarungi rintangan dalam dimensi waktu

Menghidupimu sebagai bentuk cinta kami, yang semoga cinta kami sampai kepadamu
Mengarungi dimensi waktu, menyambut dan membersamaimu,Ramadhan

Drugug Dug....
Sadar atau tidak, seringkali kita lupa mendongak, melihat bagaimana awan berarak. Bagaimana langit berganti rupa, terang gelap sesekali jingga. Atau...
Memicingkan mata dan menyadari kehadiran orang-orang di sekitar kita. Dipenghujung siklus akademika,  yuk kita maksimalkan ukhuwah sesama kita, sembari mlihat seja sambil mentadabburinya.

Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Amalan apa yang sangat dicintai oleh Allah?”, Rasulullah SAW menjawab, “Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang dilakukan secara konsisten, walaupun sedikit”.
(HR. Bukhari dan Muslim)

Temen-temen semua, amalan yang konsisten ini merupakan salah satu, amalan dari banyak amalan lain dicintai Allah. Seperti hujan yang terus-menerus membasahi bumi dan menumbuhkan sayur-sayuran dan bunga-bungaan.

Mudah-mudahan Allah selalu membimbing kita untuk tetap istiqomah menggapai berkah-Nya. Aamiin
H-15 Ramadhan 1437 H.


Waallhu’alam bishowab. Wabillahi taufik wa hidayah. Wassalamuaa’laykum. Wr. Wb 


Oleh : Marie Indah Alfinnur
Departemen Syiar Biro Al-Qolam LDK As-Salam
As-Salam 27 #SpreadingKindnessWithDakwah

HIKMAH PERJALANAN AGUNG ISRA MI’RAJ


Assalamu’alaykum Wr. Wb Ikhwahfillah atau temen-temen semua? Gimana kabarnya? Pie kabare? Kumaha damang? Hehe semoga sehat dan sukses ya kuliahnya Aamiin. 

Hari Rabu tepatnya tanggal 4 Mei 2016 Lembaga Dakwah Kampus (LDK) As-Salam bersama DKM mengadakan acara Isra’ Mi’raj di Perpustakaan As-Salam, dan di Mesjid As-Salam Universitas Trilogi untuk seluruh civitas akademika (Para dosen, staf, dan mahasiswa lainnya) Universitas Trilogi, dengan pembicara sesi pertama oleh Ustadz Kalamullah, sesi kedua dan ketiga sharing oleh Ketua UKM As-Salam (Hermawan Sulistio) . Adapun materi yang disampaikan mengenai tentang Hikmah Perjalanan Agung dengan Isra’ Mi’raj.

Tidak semua Nabi diberikan Allah SWT mu’jizat yang menakjubkan; melawan hukum alam yang dapat dilihat langsung oleh ummatnya dengan mata telanjang. Ada Nabi Musa AS dengan tongkatnya bisa membelah lautan, atau Nabi Isa AS yang bisa menghidupkan orang mati, dan lain-lain. Namun, ada juga Nabi yang tidak banyak dikaruniakan mu’jizat yang mencengangkan. Di antaranya adalah Nabi Muhammad SAW yang justru mu’jizat utamanya adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an menakjubkan, tapi tidak dengan cara yang sama dengan mu’jizat Nabi Musa atau Isa. Selain Al-Qur’an, mu’jizat Nabi yang lain adalah berupa diperjalanankannya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina, hingga kemudian diperjalankan ke Sidratul Muntaha. Tentunya ini diluar nalar orang pada waktu itu. Namun, itulah yang namanya mu’jizat.

Berawal dari Permintaan Kaum Quraisy kepada Nabi SAW

Sebenarnya, sebelum peristiwa itu terjadi, orang-orang kafir Quraisy pernah meminta kepada Rasulullah SAW untuk menunjukkan hal-hal yang aneh, karena mereka tidak percaya kalau Muhammad SAW itu adalah nabi. Permintaan-permintaan itu mereka lontarkan untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar seorang Nabi. Hal ini direkam oleh Allah dalam Al Qur'an sebagai berikut:

“Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca”. (QS. Bani Israil : 90 - 93)

#Selembar Madani, Memetik Hikmah Perjalanan Agung Isra Mi’raj

Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sebenarnya sangat mempesona, tapi kekafiran membutakan mata hati mereka dan mereka mengajukan permintaan yang bisa dilihat mata telanjang. Rasulullah SAW sendiri menjawabnya dengan bijaksana, “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?” (QS. Bani Israil: 93). Allah Yang Maha Suci tentu Maha Kuasa untuk melakukan semua itu, tetapi Rasulullah SAW mengatakan bahwa dirinya hanyalah seorang manusia biasa yang diangkat menjadi seorang Rasul, sehingga tidak mungkin melakukan semua itu.

Isra’ Mi'raj sebagai Hiburan untuk Nabi

Di tahun ke-10 Kenabian, Rasulullah mengalami keadaan duka cita yang sangat mendalam karena beliau ditinggal oleh istrinya tercinta, Khadijah dan juga ditinggal oleh pamannya sendiri, Abu Thalib. Keduanya adalah sosok pendukung dakwah Nabi yang luar biasa. Dalam keadaan yang duka cita lalu Allah “menghibur” Nabi dengan memperjalankan beliau, sampai kepada langit dan menerima perintah sholat secara langsung dari Allah. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Isra’ Mi'raj.

Dalam Al Qur'an, dari 6.236 ayat, hanya ada 4 ayat yang menjelaskan tentang Isra’ Mi'raj, yaitu QS. Bani Israil ayat 1, dan QS. An Najm ayat 13, 14 dan 15.

Mengapa Masjidil Aqsa?

Mungkin ada yang bertanya, mengapa dalam peristiwa itu Rasul diperjalankan ke Masjidil Aqsa? Kenapa tidak langsung saja ke langit? Paling tidak ada beberapa hal hikmahnya, antara lain:

1.           Bahwa Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya Nabi dari golongan Ibrahim AS yang berasal dari Ismail AS, sedangkan Nabi lainnya adalah berasal dari Ishaq AS. Inilah yang menyebabkan Yahudi dan Kristen menolak Nabi Muhammad SAW, karena mereka melihat asal usul keturunannya (nasab). Alasan mereka itu sangat tidak ilmiah, dan kalau memang benar, mereka berarti rasialis, karena melihat orang itu dari keturunannya. Hikmah lainnya adalah, bahwa Nabi Muhammad berdak'wah di Makkah, sedangkan Nabi yang lain berdakwah di sekitar Palestina. Kalau dibiarkan saja, orang lain akan menuduh Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang tidak ada hubungannya dengan “golongan” Ibrahim dan merupakan sempalan.

2.          Hikmah berikutnya adalah, Allah SWT dengan segala ilmu-Nya mengetahui bahwa Masjidil Aqsa adalah akan menjadi sumber sengketa sepanjang zaman setelah itu. Mungkin Allah ingin menjadikan tempat ini sebagai “pembangkit” ruhul jihad kaum muslimin.
Memahami Isra’ Mi’raj

Dalam memahami peristiwa Isra’ dan mi’raj, para ahli akal dan logika harus berpikir dengan logika keimanan dimana meyakini buat Allah SWT tak ada yang mustahil, bahkan otak mereka saja adalah ciptaan Allah. Keimanan kita sebagai Muslim benar-benar dituntut terhadap kebenaran peristiwa ini, karena memang peristiwa tersebut sangat berat untuk diterima oleh akal. Hanya melalui keimanan yang teguh maka peristiwa ini bisa diterima. Karena Isra’ Mi’raj adalah satu perjalanan Ilahiyah (perjalanan yang didasari pada kemauan dan kehendak Allah SWT) dalam sejarah peradaban manusia yang menjadi mukjizat dan lambang kebesaran dan kemuliaan Rasulullah SAW dan hal serupa tidak akan pernah terjadi lagi setelah Rasullah SAW.

Logika keimanan inilah yang dicontohkan oleh Abu Bakar as-Shiddiq. Abu Bakar tetap memiliki keutuhan keyakinan meskipun peristiwa tersebut terjadi diluar batas logika manusia.
Redaksi ayat Allah pada QS. al-Israa ayat 1, Allah SWT telah mengawali dengan kalimat ‘Subhaana’ (bahasa arab) artinya “Maha Suci (Allah)”. Sebenarnya masih banyak kata pujian yang bisa digunakan, namun kalimat ‘Subhaana’ ini telah menunjukkan bahwa Dzat yang akan menjalankan hamba-Nya di waktu malam tersebut adalah ‘Dzat yang Maha Suci’. Maka ‘Perjalanan Suci’ atau perjalanan Ilahiyah ini akan diberikan kepada jiwa yang suci pula. Beliaulah baginda Rasulullah SAW.

Seterusnya ayat tersebut dilanjutkan dengan kalimat ‘Asraa’ (bahasa Arab) yang artinya ‘men-jalan-kan’.  Kata ‘men-jalan-kan’ membuktikan bahwa dalam peristiwa tersebut ada yang sifatnya ‘aktif’ dan ada yang bersifat ‘pasif’. Dalam peristiwa ini Allah SWT bersifat aktif, sedangkan Rasulullah SAW bersifat pasif. Karena Allah SWT bersifat aktif, maka apapun yang diinginkan dan dikehendaki oleh Allah SWT termasuk dalam perkara ‘men-jalan-kan’ hamba-Nya (Muhammad SAW) secara ruh dan jasad, itu semua bisa saja terjadi atas izin-Nya, dan kita tidak perlu lagi untuk mengingkarinya. Sedangkan Rasulullah SAW sendiri yang sifatnya pasif tidak pernah berencana untuk melakukan Isra’ dan Mi’raj tersebut. Allah SWT yang punya kehendak. Kalau Allah SWT yang punya kehendak, maka tidak ada yang mustahil di sisi-Nya.

Penutup

Setiap tahun, kebanyakan ummat Islam di Indonesia memperingati peristiwa agung ini dengan berbagai macam aktivitas. Akan tetapi adalah sia-sia jika kita umat Islam mengadakan peringatan Isra’ dan Mi'raj setiap tahunnya, jika kemudian tidak mampu mengambil hikmah dari kisah ini. Adalah sia-sia jika memperingati tapi melalaikan keagungan Allah SWT. Adalah sia-sia jika pesan sholat yang Nabi Muhammad SAW terima secara langsung dalam peristiwa agung tersebut, tidak lakukan dengan berkualitas, khusyu’ dan tuma’ninah.

Yuk kita sama-sama menyelami dalamnya lautan hikmah dari setiap mukjizat Allah kepada para Nabi-Nya. Semoga kita kembali kepada kebenaran yang merupakan perilaku orang-orang yang kembali kepada Allah, segeralah terus bermuhasabah diri, meningkatkan amal-amal kebaikan yang tiada henti, dan bertaubat kepadaNya.
 
Wallahu’alam bishawab. Wassalamu’alaykum. Wr. Wb.
Allahu akbar !



Oleh : Marie Indah Alfinnur
Departemen Syiar Biro Al-Qolam LDK As-Salam
As-Salam 27 #SpreadingKindnessWithDakwah
 

Kamis, 05 Mei 2016

Fitnah, Nikmat, dan Siksa Kubur

         
  Assalamu’alaykum Wr. Wb Ikhwahfillah atau temen-temen semua? 

Bagaimana kabarnya? Pie kabare? Kumaha damang? Hehe semoga sehat dan sukses ya kuliahnya juga Aamiin. 

Hari Jumat tepatnya tanggal 25 Maret 2016 Lembaga Dakwah Kampus (LDK) As-Salam dan FSLDK Jaksel mengadakan acara Jalatsah Rukhiyyah Madrasah Solihah di Perpustakaan As-Salam Universitas Trilogi untuk peserta khusus Akhwat, dengan pembicara Ustadzah Yennie Kurniawati. Adapun materi pertama tentang Fitnah, Nikmat, dan Siksa Kubur.


 Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr:18)

Momen akhir tahun hendaknya diisi dengan cara dan acara muhasabah (introspeksi diri). Muhasabah atau menghisab (menghitung) diri merupakan cara terbaik yang telah dicontohkan dan teladan terbaik, yakni Nabi Muhammad SAW. Dalam muhasabah, setiap mukmin dituntut untuk melihat segala amalnya, entah itu amal yang buruk, maupun amal yang baik. Melihat amal-amal yang buruk tentu dengan tujuan agar di waktu yang akan datang tidak akan mengulanginya lagi. Sebaliknya, melihat segala amal baik bertujuan untuk terus meningkatkan amal kebaikan itu. 

Muhasabah (evaluasi), sangat diperlukan oleh seorang muslim. Sebab dengan muhasabah, seorang muslim bisa meningkatkan kualitas amal kebaikannya dan melupakan segala keburukan masa lalu dan memohon ampunan Allah SWT. Karena itu, muhasabah sudah seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pribadi seorang muslim, seperti yang ditegaskan dalam ayat di atas. 

 Umar bin Khattab ra, seorang khalifah dari kalangan sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, pernah mengingatkan umat Islam dengan perkataannya yang sangat populer, “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu” Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab. 

         Seorang muslim sepatutnya mengakui bahwa dirinya adalah tempatnya salah dan harus memperhatikan, bahwa tak mungkin dia terbebas dari kesalahan. Pengakuan ini mesti ada di dalam dirinya, agar dia dapat mengakui kesalahan-kesalahan yang dilakukannya sehingga pintu untuk mengoreksi diri tak tertutup bagi dirinya. Allah SWT berfirman, “ Sesungguhnya Allah tidak merubah sesuatu kaum, sehingga mereka merubah keadan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ra’d: 11). 

               Dalam perjalanan manusia terdapat 4 alam, yaitu; alam ruh, alam rahim dan dunia, alam maut dan kubur, alam akhirat, serta kembali kepada Allah SWT. Alam ruh adalah alam yang disaksikan oleh Robb-Mu sebelum manusia turun menginjak bumi. Alam rahim dan dunia yang berarti Allah telah meniupkan ruh untuk membentuk janin hingga bayi yang lahir ke bumi Allah SWT dan telah ditentukan rezekinya, jodohnya, ajalnya, kehidupannya. Hidup di dunia hanyalah sementara, yang kekal atau abadi adalah kehidupan akhirat. Banyak tantangan yang harus dijalani dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat. Di dalam kehidupan tentu ada pilihan melakukan amal kebaikan atau keburukan. Setelah melakukan hal apapun pasti ada balasannya. Namun, setiap dari kita tidak bisa memprediksi kapan dan dimana ajal akan menjemput, yang perlu kita lakukan adalah mempersiapkan bekal terbaik untuk bertemu Allah SWT. 

Ketika manusia telah meninggal  yang disebut kehidupan alam barzah. Tiada yang tahu soal kelahiran, kematian, kiamat terjadi kecuali hanya Allah yang mengetahuinya. Sesudah itu datanglah alam akhirat, dimana setelah semua kehidupan ini musnah akan ada Allah bangkitkan kembali dan dikumpulkan dalam suatu Padang Masyar. Setiap manusia akan mempetanggungjawabkan apa yang telah dilakukan di dunia dan mendapatkan balasan sesuai amalnya. 

             Manusia setelah meninggal dalam kubur pasti ada yang disebut fitnah kubur, nikmat kubur, dan siksa kubur. Fitnah kubur yang berarti pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir kepada orang telah meninggal setelah dia dikuburkan. Yang ditanyakan adalah tentang RobbNya , agamanya, nabinya. Untuk memperkokoh jawaban kita sebaiknya di dunia menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Ada dua golongan yang pertama golongan orang mukmin/mukminah/muslim/muslimah yaitu mereka taat perintahNya, melakukan amal kebaikan yang tiada henti sehingga golongan ini Insya Allah masuk surgaNya karena lebih tahu jawabannya. Sedangkan, golongan kedua yaitu golongan munafik yang jawabannya ragu atau tidak tahu ketika ditanya oleh kedua malaikat tersebut. Setelah timbul pertanyaan dan jawaban di alam barzah tentu ada balasannya yaitu antara nikmat kubur dan siksa (adzab) kubur. 

 Nikmat kubur seseorang adalah nikmat yang jujur  dalam keimanannya, biasanya telah menjawab pertanyaan malaikat  Munkar dan Nakir. Orang yang mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda pahalanya. Karena ruh mereka disebut ruh mukmainah yang berarti ruh yang lembut, karena mereka mengimani rukun iman dan jiwa mereka adalah jiwa yang lembut seperti tetesan air dari sebuah bejana. Jika meninggalnya pada hari/malam Jumat lebih baik karena tidak tersiksa bagi orang yang beriman termasuk para syuhada. 

Sebaliknya, adzab atau siksa kubur yaitu untuk orang-orang yang tidak beriman, kafir dan munafik. Adzab kubur dalam QS. At- Taubah : 101 dimana yang berisi tentang  adanya adzab kubur (siksa kubur) sebanyak dua kali yaitu adzab dunia dan adzab akhirat. Azab yang sangat dekat yaitu adzab kubur yang tertera dalam QS. As-Sajadah : 21. Na’udzubillah min dzalik. Semoga kita kembali kepada kebenaran yang merupakan perilaku orang-orang yang kembali kepada Allah, segeralah terus bermuhasabah diri, meningkatkan amal-amal kebaikan yang tiada henti, dan bertaubat kepadaNya.

Wallahu’alam bishawab. Wassalamu’alaykum. Wr. Wb.
Allahu akbar ! 
      


Oleh : Marie Indah Alfinnur
Departemen Syiar Biro Al-Qolam LDK As-Salam
As-Salam 27 #SpreadingKindnessWithDakwah


Hijab Bagi Muslimah

Oleh: Nurfitriyani Barokah Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kehi...