Oleh : Muhammad Ichsan (Ketua Departemen PSDM)
Editor : Marie Indah Alfinnur
Biro Al-Qolam
Departemen Humas Dakwah Kreatif (HDK)
LDK As-Salam
As-Salam 28
AL-Fatih Generation
#JemputHidayahdenganDakwah
Oleh: Sanshiro
Apakah kita pernah memikirkan kenapa sih hati ini jika
disakiti atau disinggung bisa terluka?
Apakah kita merasa rasa gelisah dihadapkan suatu masalah
itu terkadang mengganggu?
Tentu kita, sebagai manusia normalnya pernah merasakan
yang namanya tersinggung ketika dicibir oleh orang lain, gelisah ketika melakukan
sesuatu yang tidaksemestinya, terlebih lagi rasa marah dan emosi ketika tertimpa
masalah. Itu semua hal yang lumrah. Ibarat bagai sang air yang mengalir kesana kemari
mengikuti arus dan siklus, naik turun, mengumpul dan berpencar, bisa berasa pahit
mau pun manis tegantung dari apa yang kita masukkan ke dalamnya.
Rasa
gelisah, kecewa, tenang, bahagia yang ada di hati kita disebabkan karena manusia
memiliki akal pikiran sebagai fitrah
yang diberikan oleh Allah Subhanahuwata’ala.
Dengan akal, manusia dapat mengetahui mana yang baik untuknya dan mana yang
tidak. Gelisah karena tidak melaksanakan shalat, takut tidak dapat melaksanakan
amanah, senang ketika mendapat rezeki, hal-hal itu berawal dari pikiran kita.
Bagaimana sih cara agar hati dan pikiran ini dapat tenang?
Bagaimana sih cara agar kita ini dapat sabar menghadapi
berbagai cobaan?
Tanpa kita sadari jawabannya ada di sekeliling kita.
Jawabannya sudah ditemukan sekian lama, yaitu dari kisah-kisah pada zaman Nabi dan
Rasul, bahkan zaman setelahnya sampai sekarang.
Dari kisah Nabi Adam Alaihissalam, penyakit hati yaitu hawa nafsu dan dengki dapat menyebabkan
Qabil membunuh adiknya, Habil. Dari kisah Nabi Musa Alaihissalam, kesombongan dapat menyebabkan Fir’aun mengaku sebagai
tuhan, dan tatkala ia celaka. Dari kisah Nabi Nuh Alaihissalam, kita bisa mentauladani kesabaran beliau dalam berdakwah
selama ratu santahun kepada kaumnya yang berpaling, beliau cemooh bahkan ditinggalkan
oleh istri dan anaknya. Dari kisah Nabi Muhammad Sholallahualaihiwasallam yang bersabar ketika dilempari batu,
diincar oleh kaum kafir quraisy yang menyebabkan beliau hijrah ke Madinah, dan banyak
kisah lainnya seperti kisah para khulafaurrasyidin
dan Bilal bin Rabbah.
Kenapa mereka bisa seperti itu? Dapat sabar menghadapi
berbagai macam cobaan?
Jawabannya adalah karena dalam diri mereka sudah tertanam
keimanan dan ketaqwaan yang mantap kepada Allah Subhanahuwata’ala
sehingga yakin bahwa Allah akan menolong mereka sehingga rasa takut dan gelisah
pun hilang tertindih oleh dinding keimanan dan taqwa yang tebal.
Allah Subhanahuwata’ala
berfirman yang artinya:
“ Katakanlah (Muhammad) “Tidaka
kan menimpa kami melain kanapa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung
kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang beriman.”
(Q.S At- Taubah (9)ayat 51)
Allah Subhanahuwata’ala
juga tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kesanggupan dari hamba-hambanya.
Dalam Firman Allah yang artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. …”
(Q.S. Al-Baqarah (2)ayat286)
Jadi untuk menjadikan hati dan pikiran ini tenang adalah dengan meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahuwata’ala. Yakin bahwa Allah akan melindungi
kita, yakin bahwa Allah member kita potensi untuk menghadapi segala cobaan,
yakin bahwa ridho Allah lah yang kita butuhkan.
Di lain hal taqwa atau beriman kepada hal yang ghaib,
melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian harta yang kita miliki adalah kewajiban
kita sebagai hamba Allah. Allah
berfirman yang artinya:
“Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah
kepadaku”
(Q.S adz-Dzaariyaatayat
56)
Kembali lagi kepada akal yang
menjadi fitrah kita, bahwasannya Allah memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya,
maka selaku hamba kita wajib taat dan patuh atas kewajiban-kewajiban kita. Akal
kita pun tahu bahwa apa yang diwajibkan kepada kita adalah hal yang baik untuk kita,
yaitu jalan untuk mencapai ridho-Nya.
Maka dari itu sebagai manusia yang berakal yuk sama-sama kita
saling mengingatkan dan memotivasi untuk selalu menjaga hati, menjaga akal pikiran,
meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita agar kita menjadi manusia yang
beruntung, hamba yang di ridhoi oleh Allah Subhanahuwata’ala
dan terhindar
dari penyakit-penyakit hati maupun godaan setan, aamiin
Wallahua’lambishshawab.
Wa’alaykumussalam.
Warrahmatullahi Wabarokatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar