Sabtu, 01 April 2017

Apa Aku Pantas disebut Sahabat ?

                 
Oleh : Izzah Mubarokah (Sekretaris LDK As-Salam 27)
Editor : Marie Indah Alfinnur
Biro Al-Qolam
Departemen Humas Dakwah Kreatif (HDK)
LDK As-Salam
As-Salam 28
AL-Fatih Generation
 #JemputHidayahdenganDakwah

Mulai hari ini, Aku akan menyibukkan diri dengan hal-hal yang penting. Aku akan rajin mengeramas rambut, Aku akan rajin merawat wajah, Aku akan rajin membersihkan kamar, Aku akan bangun pagi-pagi, mandi cepat-cepat. Ternyata!! banyak hal yang harus Aku lakukan ya Ca ?  mungkin Aku  harus membuat list daftar supaya gak lupa.
Satu lagi wi ?
Iya aku tahu, Solat dan Tilawah jangan lupa kan ?

Aku mengenal Dewi mungkin lebih dari Aku mengenal diriku sendiri. Sejak SMA aku tinggal bersamanya di satu kontrakan yang sama sampai aku dan dia kini menginjak tingkat terakhir sebagai mahasiswa. Mungkin orang lain melihat kami berdua bagaikan seorang anak kembar yang tak bisa dipisahkan. Terlepas dari itu semua yang aku tahu Dewi adalah sahabat terbaikku,  Aku tahu siapa Dia, Aku tahu latar belakangnya yang tak pernah orang lain tahu. Dewi lahir dari seorang perempuan yang entah siapa Ayahnya, hidupnya begitu berantakan sebelum Ia mengenalku. Dia hanya butuh sahabat yang selalu mengingatkannya dan memberikan pelukan hangat pengganti Ibunya saat Ia mulai terluka. Mungkin akulah sahabat terbaiknya.
Malam ini terasa begitu berbeda, aku lihat Dewi begitu cantik malam ini. Bak seorang Dewi yang ingin bertemu Dewa nya. Senyumnya yang merekah dengan warna bibir yang begitu merah, harumnya menusuk hidungku sampai aku bersin di buatnya.
Mau kemana Wi ?
Tenang Ca, aku bukan anak kecil lagi yang harus selalu lapor kemanapun aku pergi, toh kamu bukan ibuku ?
Kata itu selalu muncul dari mulut Dewi yang tak pernah kudengar sebulan lalu setelah Dewi membuat list daftar harian kegiatannya.
Ntah apa yang membuatnya berubah, aku tak berani menegurnya. Aku pikir perkataan Dewi benar bahwa kita sudah dewasa dan memang benar bukan tugasku lagi untuk terus mengingatkannya.
Dewi terus sibuk dengan Smartphone nya, Ia menjadi lebih rajin memegangnya. Tak biasanya Ia membuat password  di Smartphone nya dan Ia rahasiakan padaku. Setiap kali Ia mendengar ada pesan masuk, aku melihat senyumnya yang membuat pipinya memerah, tapi Ia umpat senyum itu setiap kali aku datang.
“OH, Cinta, jiwaku musnah dihangus api yang kau sulut di dalam diri. Semula kukira aku sudah mengenal api. Ternyata aku hanya tahu hangatnya lampu. Api yang ini berkobar tak terkendali. Tubuhku dibakar bara asmara. Tak kuasa aku memadamkannya. Kalau ini kegilaan, bukan aku yang memulainya. Tapi cintalah yang telah menyalakan sumbu kegilaanku tanpa rasa iba”.(anton kurnia, 2014 dalam novel magadir).
Wi status FB mu ?
Apa sih Ca, kan itu Cuma kutipan dari novel. Bukan berarti aku lagi kasmaran kan? Jangan su uzon terus kamu sama aku
Maaf Wi
Sejak saat itu aku putuskan untuk tak perlu tahu apa-apa mengenai Dewi. Aku biarkan Ia bermain dengan apa yang Ia suka dan apa yang ia mau, karna mungkin ini cara terbaikku untuk menjadi sahabatnya seutuhnya.

22:00 WIB, Dewi kok belum pulang ya, hmmmm perasaan ku gak enak. Aku coba telpon dulu deh.
“Maaf nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan”.
Perasaanku semakin tak karuan, ku tarik jaket yang menggantung di pintu lemari, kupakai jilbab sembarang yang ada dihadapanku, aku berlari sampai aku terlupa mengenakan alas kaki. Kucari Dewi disetiap sudut kota ini, tidak ada angkot yang beroperasi di malam hari. Aku ingat, aku dan dewi mempunyai tempat yang sering kami kunjungi saat kami merasa suntuk untuk sekedar mencari udara sejuk.
Ya, danau. Danau dibelakang kontrakan kita
Aku segera berlari sampai aku tak sadarkan diri aku menginjak paku yang menusuk kedalam kakiku ini. Tapi rasa itu tak sesakit rasa sesak dihatiku yang belum terlihat dimana dewi berada.
Dewi, aku berusaha ingin memanggilnya tapi suaraku tersedak di kerongkongan saatku mendengar tangisnya.
Dewi tersungkur menangis dibawah pohon dekat danau. Tak kulihat lagi raut senyumnya, baju yang indah dandanan yang begitu mempesona. Yang ku lihat sekarang hanya wajah sendu dan air mata yang terus mengalir diwajahnya.
Saat Dewi mengangkat wajahnya dan menyadari aku di depannya, Ia langsung memelukku dengan erat.
Maafin aku Ca, maaf aku gak pernah cerita apa-apa ke kamu. Aku berpikir bahwa cintanya akan membawaku dalam kebahagiaan. Karna aku baru tahu rasanya, aku berpikir aku gak akan memerlukanmu lagi, aku pikir ini cara terbaik yang aku ambil. Suaranya begitu berat dan memekik seolah ada beban berat di dadanya
Gak ada yang luka kan Wi?
Engga Ca, ternyata dia adalah perampok Ca, engga cuma hatiku yang ia rampok  tapi Ia merampok seluruh barang-barangku dan tasku, lalu Ia pergi meninggalkanku.  Aku malu untuk pulang Ca, aku malu menceritakan ini semua.
Aku yang jahat Wi, Apa aku pantas disebut sahabat ?
Saat aku tahu sahabatku berubah, aku membiarkanmu begitu saja.
Harusnya aku menegurmu, mengingatkanmu, menasihatimu meski itu menyakiti hatimu.
Harusnya aku mencegahmu berangkat dengan pakaian seperti itu, dengan bibir bergincu.
Harusnya aku marah membirkanmu keluar bak biduan yang ingin mengisi nafsu-nafsu lelaki hidung belang.
Harusnya aku biarkan kamu mengamuk padaku, memarahiku saat aku melarangmu. Karena aku masih bisa melihatmu baik-baik saja didalam kamarmu.
Apa Aku Pantas disebut Sahabat ?
Tamat

Sahabat yang baik bukan hanya sekedar sahabat yang bisa membuatmu senang
Yang bisa kau ajak nongkrong-nongkrong di pinggir jalan, mentraktir makan, dan kesenangan-kesenangan lain yang Ia berikan.
Itu bukan sahabat...
Ketika Ia belum mampu menasihatimu dalam kebaikan
Ketika Ia masih membiarkanmu dalam keburukan
Karena sahabat sejati adalah sahabat yang jika melihatnya semakin bertambah iman di hati
Ketika Ia berbicara, yang terucap adalah sebuah perkataan baik yang menyejukkan diri
Saat kita berubah, dia orang pertama yang mengingatkan untuk kembali dalam dekapan Ilahi
Ini yang dinamakan sahabat Surgawi

Tulisan ini Ku  persembahkan :
Teruntuk sahabat-sahabatku yang selalu kucintai karena Allah.
Maaf jika aku masih belum bisa menjadi sahabat terbaikmu di dunia ini.

Tapi satu pintaku pada Allah, semoga kita bisa menjadi sahabat di Surga-Nya nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hijab Bagi Muslimah

Oleh: Nurfitriyani Barokah Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kehi...